Dokumen Pribadi |
Hemat saya, kesetiaan adalah
salah satu alasan yang melatarbelakangi keberadaan manusia di dunia yang fana
ini. Karenannya, setiap orang berhak untuk mendapatkan kesetiaan - sekaligus
berhak untuk membagikan kepada sasamanya yang lain.
Walau secara universal,
kesetiaan adalah hak dan milik semua orang tanpa pengecualian, namun dalam
coretan sederhana ini, saya fokus dan memulainya dari hal-hal kecil dan paling
sederhana.
Bagaimana menemukan hal kecil
dan sederhana itu? Jawabanya, ya dari keluarga.
Baca juga: Mau Tahu Tentang Kekagetan Yang Perlu dan Tidak Ala Pejabat, Mari Belajar Pada 3 Menteri RI
Keluarga adalah peletak dasar
pertama dan terutama tentang kesetiaan itu sendiri. Tak perlu terlalu jauh
berbicara tentang keluarga besar, tapi mulailah dari keluarga kecil; suami,
istri, dan anak-anak.
Keterangan Gambar; Kiri: Nona Inne Zanda. Kanan; Kakanya Nona Maurin Zanda |
Suami dan istri, apa pun
situasi hidupnya tetaplah meletakan kesetiaan di atas segalanya. Hal ini
menjadi amat urgen karena anak-anak akan melihat, memahami, mengalami, dan
mempraktekan secara benar tentang kesetiaan itu, pertama-tama dari orangtua
itu sendiri. Bukan dari tetangga. Apalagi dari teman selingkuhan, lebih tidak
lagi.
Jadi suami dan istri harus
saling setia adalah keharusan. Bahkan kebutuhan mutlak.
Jika kesetiaan sudah menjadi
kebutuhan seperti sandang, pangan dan papan, maka yakinlah setiap rayuan gombal
yang berasal dari jabatan dan uang takkan mampu mengalahkan kekuatan kesetiaan
itu sendiri.
Namun sebagai manusia lemah,
acapkali, kesetiaan sebagai suami istri itu gampang goyah yang diakibatkan oleh
PELUANG. Dan bisa jadi peluang itu lebih ganas dari yang namanya jabatan dan
uang.
Oleh karena itu, jangan menciptakan peluang untuk melukai kesetiaan, jika peluang itu sebenarnya tak ada. Sebaliknya, jika peluang itu selalu ada, maka berusahalah untuk melawanya. Semisal, bayanglah wajah suami, istri atau buah hati kita, ketika peluang itu datang merayu dan menawarkan surga.
Ehhh, omong-omong usia pernikahan saya sendiri mau masuk tahun ke-5. Dan saya bersyukur Tuhan sudah memberikan saya istri yang setia dan dua permaisuri kebanggan keluarga kecilku. Semoga saya tetap setia pada istri. Sebaliknya istri tetap setia pada saya. Dan saya bersama istri tetap menjadi rahim sumber kesetiaan bagi dua buah hati; Nona Maurin Zanda dan Nona Inne Zanda pada khususnya dan sesama yang lain pada umumnya.
Terima kasih Tuhan untuk anugerah kesetiaan yang begitu indah ini. Semoga kami tetap saling setia.
26 Juni 2015-26 Juni 2020
Cukup dulu eee sharingnya. Semoga
bermanfaat. Kita saling mendoakan satu sama lain.
Lekosoro, 25 Juni 2020
0 Komentar