Sahabat Kecil:Film dari Kampung dan Gugatan Terhadap Penghayatan Strata Sosial yang Keliru

Sumber foto: S. O. U. Project


B
eberapa hari terakhir rahim jagat maya telah mengandung seorang anak kampung. Jika Anda sekalian adalah bagian dari pribadi yang melek teknologi terkhusus dunia maya, maka saya amat yakin Anda sekalian mengenal si anak kampung itu.

Untuk mengenal si anak kampung itu, saya tanya dulu eee. Sudah nonton film sahabat kecil episode 1 & 2 ko? Bagi yang sudah, pastinya sudah paham-paling kurang pelan-pelan untuk mendalami jalan ceritanya. Bagi yang belum, segera nonton. Mengapa segera nonton? Berikut saya sodorkan 4 alasan. 

Pertama, film sahabat kecil adalah anak sulung yang lahir dari kreativitas anak-anak muda asal Bajawa-Kab. Ngada-Provinsi NTT. Dalam perjumpaan yang bukan kebetulan pada (15/05/2020) saya dan nona sulungku: Maurin Zanda sempat berkisah dengan pemeran utama: Silet Open Up berserta beberapa pemain.

Foto bersama pemeran Utama, editor dan pemain pertama dari kiri adalah guru Recis

Kami berkisah begini:

“Kae guru, film ini adalah hasil perjuangan kolektif yang dimulai dari apa yang kami bisa dan miliki. Banyak keterbatasan. Namun berbekal semangat muda, mau belajar, kerja sama, dan daya juang yang tangguh, akhirnya kami bisa” kisah Silet Open Up.

Kedua, dari kampung tapi bukan kampungan. Bagi saya yang sudah menonton berulang kali-mulai dari episode 1 & 2, secara pribadi bahkan publik, para pemain yang merupakan kumpulan anak-anak muda ini layak menyandang label: anak-anak hebat.

Mengapa hebat? Ya, ketika kebanyakan orang berpikir bahwa di balik sebuah karya harus ada uang banyak dan peralatan yang elit-saat yang sama film sahabat kecil hadir untuk meruntuhkan cara pandang demikian.

Bahwasanya, film sahabat kecil bukanlah karya yang lahir dari kegemerlapan harta. Mereka hanya bermodalkan peralatan seadanya dan pengetahuan seadanya pula. Namun seadanya itu menjadi luar biasa, ketika mereka memiliki semangat mau mencoba, belajar dan tak pernah malu atau takut untuk jatuh. Sebab menurut Silet Open Up, jatuh adalah rahim yang kuat untuk melahirkan semangat dan daya juang yang paling dahsyat. Bahkan menurut para pemain yang lain, mereka sungguh meyakini bahwa menghasilkan sebuah karya yang speaktakuler tak harus identik dengan banyak uang, peralatan canggih, orang kota atau orang-orang terkenal lainnya. Hebat tohhhh. Hehehe. Pada titik Inilah, film sahabat kecil telah melegitemasi bahwa anak-anak kampung mampu menciptakan karya yang bukan kampungan.

Ketiga, promosikan kampung adat dan nilai kesakralannya. Film ini, jika kita sungguh jeli melihat tempat dan latarnya, hampir secara keseluruhan mempertontonkan rumah-rumah dan kampung adat. Jadi, selain menghibur tapi film ini sedang mempromosikan kampung dan rumah adat agar semakin dikenal oleh mata dunia.

Selain itu, agar para generasi jangan lupa diri. Bahwa kampung adat selalu menyimpan banyak nilai yang harus dilestarikan. Juga banyak kerinduan yang selalu menarik setiap insan untuk pulang dan tidak boleh lupa jalan pulang.

Keempat, film sahabat kecil sedang menggugat fakta. Menurut hemat saya, kisah cinta dalam film ini, selain membangkitkan kembali romantisme masa kecil, tapi sisi lain dan merupakan kritikan tajam terhadap budaya yang lebih mendewakan strata dalam dunia percintaan. Memang fakta sering memperlihatkan bahwa kejernihan cinta, acapkali menjadi keruh oleh kentalnya lumpur strata sosial. Alhasil perbedaan strata sosial justru telah melahirkan banyak kisah miris dalam dunia percintaan itu sendiri. Lagi-lagi kita mesti angkat jempol bahwa anak-anak kampung itu, bukan kampungan. Mereka telah membuat gebrakan luar bisa. Mereka telah berhasil menggugat para praktisi budaya yang sudah sekian lama, hidup mapan berdasarkan strata sosial semata.

Terakhir saya mau bilang begini: Semoga anak saya yang digendong oleh Om Silet Open Up dapat menjadi generasi penerus yang kreatif dan memiliki mental pejuang seperti Om Silet, dkk.

Sebab saat ini, perut dunia hampir penuh karena dipenuhi oleh generasi-generasi muda yang hanya tunggu tes Pe-En-Es dan mental instan lainnya. Hihihihi

Eh, sebelum lupa menggerogoti otak saya, izinkan saya tuk bocorkan sedikit saja bahwa pada episode-3 ada guru SMA Rgina Pacis yang ikut berakting dan menunjukan kebolehanya*

Proficiat untuk keluarga besar Web Series: Sahabat Kecil. Kalian orang-orang muda yang luar biasa. Kalian telah membuat fondasi yang benar bagi para generasi penerus lainnya.

Mari ke kampung. Di sana kita akan mengalami kesejukan. Jika hati kita sejuk, maka akan lahirkan banyak inspirasi. Salah satunya adalah sesegera mungkin berpikir tuk tinggalkan sikap yang mendewakan strata sosial yang keliru dan berkelebihan*


Posting Komentar

0 Komentar