Bagi Para Pejabat Yang Suka Memakai Topeng, Ada Baiknya Kalian Belajar Dari Ayam Betina


         Sumber gambar; Facebook Fashanism

Apa sih topeng itu? Dan mengapa harus dibuka? Siapakah yang akan membuka? Dan mengapa pula harus belajar dari ayam?

Izinkanlah saya untuk menjelaskan empat pertanyaan ini. Paling kurang bisa dijadikan sebagai bahan refleksi yang mungkin dapat menyentuh hati para pejabat yang kian gersang itu.

Menurut KBBI, topeng dapat diartikan sebagai sikap kepura-puraan untuk menutupi maksud sebenarnya. Itu berarti sikap pura-pura langsung merujuk pada kebohongan. Kebohongan pun seringkali dilatarbelakangi oleh bebagai kepentingan yang destruktif.

Dalam dunia politik, misalnya. Kebanyakan apa yang dikatakan tak pernah sejalan dengan perbuatan. Untuk hal ini kita bisa berguru pada guru Anies Baswedan. Dulu saat kampanye beliau pernah berjanji akan membuat stadion megah bagi Persija sekelas Gelora Bung Karno. Kenyataanya, eh malah  kaos yang dibeli. Ini yang namanya topeng terbuat dari emas 100 karat.

Hal lain lagi yang tak kalah hebohnya adalah persoalan seputar korupsi. Bisa dibilang negara kita ini menjadi terkenal karena korupsi terus merajalela. Lalu anehnya, para pelaku korup adalah para pejabat negara. Ohhh sudah makan gaji besar dari negara, malah korupsi lagi uang negara yang notabene berasal dari keringat rakyat. Alhasil pejabat negara makin kaya sementara masyarakat kecil makin kerdil. Hukumnya juga selalu tajam ke bawah dan tumpul ke atas.

Sebenarnya yang harus membuka topeng-topeng itu adalah para pejabat itu sendiri. Artinya, berani berbuat, maka harus berani bertanggung jawab. Sebab sikap tanggung jawab selalu mengandaikan adanya sikap pertobatan.

Artinya, semua manusia tak pernah luput dari salah. Tapi kalau kesalahan itu dibuat dengan kesadaran, hingga menyengsarakan masyarakat, maka sekali lagi segera buka topeng-topeng kalian itu. Tak perlu kalian belagu macam buah kedondong itu, lho. Yang hanya balicin dikulitnya tapi barduri di dalamnya. Bukankah begitu, sayang.

Sebab, seindah apa pun kalian memoles sikap pura-pura dengan berbagai kosmetik kecantikan, pada saatnya juga akan tau isi yang sebenarnya, kok. Hihihi. Jadi yang paling bijaksana itu, jikalau topeng-topeng itu dibuka oleh sang pemilik topeng itu sendiri.

Namun pada kenyataanya, sebagai makhluk sosial para pemimpin di Republik ini justru masih membutuhkan masyarakat untuk menegur dan menuntun mereka ke jalan yang benar. Ini adalah keharusan. Sebab, perilaku korup di negeri ini sudah mengurat akar.

Dan kita bisa mengamini bahwa salah satu penyebab kemiskinan yang terus merogot masyarakat Indonesia adalah karena para pejabat negara kita selalu doyan korupsi. Sehingga tak heran jikalau perilaku korup kian tinggi dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu, kebohongan besar ini harus dilawan. Mengapa? Ya, jikalau tidak di lawan, maka topeng-topeng para pejabat yang suka korup itu  semakin kuat. Bahkan, akan semakin pandai dan kreatif dalam membuat dan bermain topeng.

Karenanya, sebagai masyarakat haruslah bersikap kritis dan berani melawan badai besar itu. Dan tak boleh pernah kalah. Sebab perlawanan masyarakat kecil adalah sebagai bukti bahwa masyarakat sangat mencintai para pemimpin terkait. Sehingga para pemimpin harus menjadikan berbagai kritikan masyarakat itu, sebagai jalan untuk pemurnian sikap menuju pertobatan. Bermetanoialah, jika tak mau menjadi alas neraka.

Untuk, itu mari belajar dari Ayam. Ayam kalau mau bertelur, koteknya sedunia pun tahu. Kotekanya bukan karena mau pamerkan diri. Tapi mau menegaskan bahwa untuk sesuatu yang baik, maka harus diperjuangan dengan cara yang baik pula. Sehingga telur yang dihasilkan itu dapat berguna bagi semua orang.

Sebaliknya, para pemimpin justru akan berkotek memenuhi berbagai media hanya pada saat memberi bantuan bagi masyarakat. Ehh, dalam perjalanan waktu, ternyata bantuan itu hasil dari korupsi. Kalaupun bukan hasil korupsi-itukan sudah menjadi tugas dan kewajiban pemimpin gitu, lho.

Tapi giliran mau korupsi, berkotek sedikit pun tak ada. Konspirasinya selalu pada malam hari. Lalu mencari ruangan hotel yang sepi pula. Wajah mereka akan berhiaskan topeng yang berlapiskan emas. Sehingga pancaran wajah mereka sangat suci. Pokoknya suci sekaliiiiii.

Ayam, selain memberi pelajaran tentang kejujuran, tapi ayam juga memberikan keteladanan tentang kedisiplinan waktu dalam hidup. Kokokan menjelang pagi memberi isyarat untuk segera bangun dari tidur. Sedangkan kokokan matahari terbenam memberi isyarat untuk segera masuk rumah. Indah sekali, gaes.

Ini menjadi amat penting, karena pada faktanya para pemimpin seringkali hanya disiplin dalam hal memerintah, pandai memberi tekanan, pandai cari muka hingga pada kepandaian untuk pencitraan diri. Tapi di balik ini semua sebenarnya mereka sedang menyembunyikan berbagai ketidakberesan yang amat buruk.

Hai para pemimpin. Mumpung masih ada napas, segeralah belajar kejujuran dan kedisiplinan dari ayam. Jika tidak, maka semuanya akan jadi penyesalan ketika jantung tak berdetak lagi.

Posting Komentar

5 Komentar

  1. Waow... Pelajaran berharga hari ini melalui artikel yang sangat inspiratif 👍

    BalasHapus
  2. Terima kasih, ame untuk artikel ini. Banyak hal yang bisa saya pelajari. Terima kasih. Terus menulis.

    BalasHapus
  3. artikel yg baik utk mengajak orang lain berefleksi
    bit.ly/WebGrefer

    BalasHapus