dokumen pribadi
Hari ini
(11/5) adalah hari dan pengalaman perdana bagi anak-anak Recis mengikuti ujian
online. Bisa dibilang menjadi hari bersejarah dalam perjalanan lembaga SMAS Katolik Regina Pacis Bajawa-Flores-NTT.
Beragam rasa seakan menghantam dada ini. Ada rasa pesimis dan gelisah. Ketika hati saya diselimuti oleh berbagai perasaan destruktif itu, pada saat yang sama handphone saya berbunyi. Tanda ada pesan WhatsApp masuk.
Suasana ujian online-Benteng Tebu-Desa Lanamai-Kecamatan Riung Barat-Kab. Ngada-NTT
Sebagai seorang guru yang berasal dari desa Lanamai yang masih jauh dari terang Listrik dan jaringan telekomsel, saya sangat gembira. Sebab nama Benteng Tebu membawa ingatan saya pada kenangan-kenangan semasa kecil. Di tempat ini, saya bersama teman-teman; Frans Minggu, Stefan Waru, Apolonaris, Gaspar Sawa, Ose Gelan kami sering bermain gasing dan mencari kayu api.
Sekejab saya buka. Ternyata Kakak saya sekaligus orang tua murid atas nama Laurensius Tala mengirimkan foto dan sebaris pesan. Bunyi pesannya begini; “Ade Guru, foto-foto yang saya kirim itu adalah siswa/i SMA regina Pacis asal desa Lanamai-Kecamatan Riung Barat yang lagi ikut ujian. Kami sekarang berada di Benteng Tebu”.
Suasana ujian online
Selanjutnya, menurut penuturan para pendahulu, Benteng Tebu adalah tempat atau benteng pertahanan dalam melawan para penjajahan Jepang dan Belanda. Dan saat Ini, status Benteng Tawa juga adalah desa persiapan yang berada di wilayah Desa Lanamai-Kabupaten Ngada-Provinsi NTT.
Hari ini, Benteng Tebu kembali bercerita. Bahwa puncaknya yang indah justru telah menyelamatkan masa depan generasi penerus. Bahkan menciptakan suasana kemerdekaan belajar yang sesungguhnya.
Terima kasih Benteng Tebu yang walaupun berada di daerah terpencil dan belum layak menyandang gelar sebagai daerah yang sudah merdeka dari listrik, jaringan, dan air bersih tapi puncakmu justru memberi harapan bagi keberlanjutan masa depan para generasi penerus.
Benteng Tebu satu-satunya tempat yang ada sinyal
Sudah
seharusnya pak Nadiem, merasa kaget dengan perjuangan anak-anak. Yang Walau
dalam situasi sulit, mereka tetap berjuang untuk mencari sinyal. Jadi,
sangatlah miris kalau Pak Nadiem kaget karena masih banyak daerah yang tak
miliki sinyal. Jangan sampai Bapak bicara saat lagi mimpi karena mabuk oleh
jaringan yang serba online.
Sementara kami walau oh… lain, tapi tetap berjuang. Bagi kami berjuang adalah napas hidup.
Sebaliknya, kalau pasrah, maka kami akan mati sebelum saatnya. Buktinya hari ini kami tidak mau mati. Kami tetap hidup dalam semangat tinggi dan pengharapan yang besar. Dan 90% ujian onlinenya berhasil.
Salam ke Senayan yang serba waoo dan online itu, ya Bapak Yang Terhormat
Terima kasih Tuhan
Terima kasih Bunda Recis
Terima kasih anak-anak
Terima kasih para guru
Terima kasih orangtua
Terima kasih alumnus
Terima kasih Yayasan
Terima kasih masyarakat luas
Bajawa, 11/05/2020
4 Komentar
luar biasa, berjuang untuk signal internet
BalasHapusterima kasih
HapusMantap....Guru...
BalasHapusterima kasih juga guru
Hapus