voxtimor.pikiran.rakyat.com
Entah
berapa kali Presiden datang
Seperti
buah kelapa
Yang
berputar di gunung tinggi
Lalu
jatuh pada meja makan pejabat NTT
Malam
datang jemput pintu rumah dinding emas
Masuk
bawa sejuta domba dengan tulisan:
"Hewan
lugu ini bebas stunting"
Belakang
dapur adalah Puskesmas
Dengan
pelita kedap-kedip nyaris mati
Para
perawat yang kata negara
Adalah
jubah suci yang harus disucikan
Dengan
gaji besar macam perut besar berdasi
Mereka
menangis sambil memeluk domba stunting
Dari
hulu dan hilir sungai darah
Deretan
kaki gajah berdiri tegak
Mengubah
darah jadi susu memutih rahim istana NTT
Tiap
jantung berdetak dalam kelamnya malam
Suara
parau perawat yang paham angka lahir stunting
Menjerit
macam kor kematian:
"Mengapa
Presiden datang menjenguk stunting NTT berkali-kali? Sampai kapan domba
stunting berkulit uang?"
24/03/2022
BERHENTI
SEJENAK
Pagi-pagi sekali bersama mata embun
yang bening, langkahku bergegas menembus selimut awan tebal. Sampai nalar lupa merasa.
Kadang lupa ingatan pada pintu gubukku. Entah masih terbuka atau sudah
tertutup, lagi-lagi aku lupa ingatan. Namun pada bentangan waktu tertentu,
perih kulitku menggugat pada rasa sakit untuk pulang dan berhenti sejenak.
Berhenti tuk rebahkan kepala pada bantal kumal. Biar usir kepulasan tidur yang
enggan bangkit. Biar kupingku terus mendengar bisingnya silulan siluman ular
berbisa melalui pori-pori dinding bambu. Biar telapak kakiku terus digores oleh
lantai debu. Iya, berhenti sejenak bukan berarti pulang untuk lenyap pada
kegagalan. Tapi berhenti sejenak agar rasaku tahu tentang arti keterbatasan,
lalu bangkit dan berjalan dan terus berjalan.
Coretan
sebelum rebah, 10/03/2022
Oleh Boy Zanda*
0 Komentar