LEMBAGA PENDIDIKAN DAN KEDAHSYATAN KEGIATAN EKSKUL



                                                                    lesoniline.basata.com



Secara substansial, manusia berada dalam dua sisi tapi satu entitas. Di satu sisi, manusia adalah makhluk otonom yang berpijak dalam kediriannya sebagai seorang yang bisa berpikir, berkreasi, berinovasi, dan menentukan segala sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Di sisi lain, manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap eksistensi sesamannya. 

Oleh karena itu, sosialitas merupakan sisi lain yang tidak bisa dipisahkan dari personalitas atau kedirian. Kedirian seseorang mesti dikorelasikan atau dihubungan dengan kedirian orang lain. 

Selanjutnya, keunikan kedirian seperti bakat dan potensi mesti dikorelasikan dengan konteks kehidupan sosial. Darinya, bakat dan potensi itu akan berkembang secara sistematis dalam kehidupan sosial. Apalagi jika dikemas dalam sebuah model pendidikan yang ramah dan peka terhadap setiap potensi kedirian dan juga sosialitas manusia itu sendiri. 

Tentang kedahsyatan kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) dan mengapa lembaga pendidikan harus menghidupi kegiatan ekskul, terlebih dahulu penulis mengisahkan tentang sosok Aldo Longa. Dari kisah inilah, kita bisa menemukan jawaban astas pertanyaan, mengapa kegiatan ekskul dikatakan dahsyat dan mengapa kegiatan ekskul begitu penting untuk dihidupi dalam sebuah lembaga pendidikan.


Tentang Aldo

Ronaldo Longa, sebagaimana sering dipanggil dengan sapaan populernya Aldo Longa, adalah salah satu siswa SMA Katolik Regina Pacis Bajawa, Flores, NTT yang berhasil menyedot perhatian publik tanah air. Bagaimana tidak, pemuda yang saat ini baru berumur 17 tahun itu berhasil menjuarai kompetisi The Voice Indonesia 2018. 

Sejak audisi hingga grand final, ia berhasil memikat hati para coach. Semisal, pada babak Blind Auditions, Aldo menyanyikan “Langit Abu-abu” milik Tulus. Belum sampai 5 menit Aldo bernyanyi, coach Armand langsung menekan tombol, yang kemudian diikuti coach lainnya. Akhirnya, empat kursi judges pun berputar. Standing applause dari empat coach pun mengguncang studio GTV Indonesia.

Semua coach jatuh hati pada suaranya yang berat, unik, dan khas itu. Keempat coach tak malu-malu membuka jurusnya masing-masing lewat berbagai rayuan untuk menarik simpati serta hati Aldo. Dan pada akhirnya, Aldo menjatuhkan pilihanya pada coach Armand Maulana.

Kecintaan para coach tidak saja berhenti sampai di situ tapi berlanjut hingga babak-babak selanjutnya setiap kali Aldo tampil. Hal ini bisa terbaca lewat berbagai komentar para coach berikut ini. 


***

Pertama, coach Titi Dwi Jayanti (Titi DJ), “Aldo ini kalau nyanyi soulful banget. Jarang banget menemukan penyanyi cowok di Indonesia yang tebal dan membuat pendengarnya terbuai. Aldo kalau nggak banyak yang vote kamu, kebangetan”.

Kedua, coach Anggun C. Sasmi, “Aldo kalau dikasih lagu apa aja, bahkan dikasih lagu Nina Bobo pasti keren. Yang ada kita nggak tidur, malah kebangun“.

Ketiga, coach Armand Maulana dengan tegas berujar bahwa saat Aldo tampil pada babak Blind Auditions, ia merinding saat mendengar suara Aldo. “Aldo adalah salah satu peserta di tim saya yang paling pintar, paling jago memasukkan rasa pada setiap lagu sejak awal. Dari awal hingga akhir gue merinding. Penyanyi yang paling soulful. Dan berharap ada produser yang pingin memproduksi untuk membuat sebuah karya.” Dan hemat saya, atas dasar itulah, coach Armand memencet tombol paling pertama. 

Keempat, coach Vidi Aldiano dan Anindyo Baskoro (Nino), seusai tampil pada babak Blind Auditions, serentak coach Vidi berteriak, “Selama ini kau di mana?” Dan pada penampilan selanjutnya, coach Vidi dan Nino selalu mengagumi suara Aldo. “Very refreshing dapat suara seperti kamu. Yang pasti, jalan karier kamu terang banget,” papar coach Vidi-Nino.

Berbagai kekaguman dan komentar para coach terhadap setiap penampilan Aldo, pada akhirnya terbukti. Aldo tidak hanya dikagumi oleh para coach, tapi juga digandrungi oleh pemirsa tanah air umumnya dan publik NTT khususnya. Ini terbukti bahwa sejak awal hingga juara, Aldo selalu diloloskan berdasarkan vote tertinggi dari penggemarnya. Alhasil pada babak final dan grand final (29/3/2019), Aldo kembali memperoleh vote tertinggi dan langsung menghantarnya menjadi jawara The Voice Indonesia 2018.


Kedahsyatan Ekskul

Sekadar diketahui, SMA Katolik Regina Pacis Bajawa adalah sebuah lembaga pendidikan swasta, yang eksistensinya tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas secara intelektual, tapi juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap pengembangan potensi dan bakat anak didik.

Dalam lima tahun terakhir, SMA Katolik Regina Pacis Bajawa memiliki beragam kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan salah satunya adalah ekskul olah vokal atau tarik suara. Ekskul ini didukung juga oleh wadah, fasilitas, dan guru pembimbing yang mumpuni, seperti band sekolah dan lab rekaman musik serta perfilman yang lengkap dengan peralatannya, juga ada 2 orang guru musik yang memiliki skill dan profesionalitas pada bidangnya.

Oleh karena itu, tak dapat dimungkiri, jika bakat dan potensi Aldo dalam urusan vokal, tarik suara, dan bermain gitar, terakomodasi secara tepat sasar. Satu hari setiap pekan, Aldo bersama teman-temanya yang memilih ekskul tarik suara selalu dilatih dan dibimbing oleh guru-guru vokal dan tarik suara. Kegiatan ekskul lainnya juga terus dilaksanakan secara rutin, profesional, dan berkelanjutan.

Untuk itu, setiap kali ada perlombaan solo vokal, paduan suara antar SMA-SMK baik di tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional, Aldo selalu dilibatkan. Misalnya, pada tahun 2016, Aldo pernah menjuarai FLS2N di tingkat provinsi, sekaligus mewakili NTT ke tingkat nasional di Manado. Lalu, pada tahun 2017, berhasil meraih juara satu solo vokal tingkat nasional pada ajang Stars Ethnic yang diselenggarakan oleh Inter Model Management Jakarta. Selain itu, Aldo sering juga tampil pada acara-acara pernikahan dan kafe lokal di daerahnya.

Sampai pada titik ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa kegiatan ekskul telah berdampak sangat signifikan terhadap peningkatan bakat dan potensi anak didik sesuai dengan minatnya masing-masing. Baik bagi Aldo pada khususnya, juga siswa lain pada umumnya.


Lembaga Pendidikan adalah Rahim

SMAS Katolik Regina Pacis Bajawa adalah sebuah lembaga pendidikan swasta yang selalu berorientasi pada pendidikan yang humanis dan berkarakter. Karenanya, lembaga pendidikan tidak boleh dimaknai hanya pada tataran sebagai wadah untuk mendidik anak menjadi pintar, lulus ujian, dan mendapatkan ijazah. Namun juga, lembaga pendidikan haruslah menjadi rahim yang mampu membuat semua peserta didik merasa nyaman dan mampu mengenali potensi dirinya secara baik. Di dalamnya, wadah dan ketajaman guru untuk membantu mengembangkan bakat anak adalah keharusan. Sebab potensi dan bakat anak akan mati jika tidak didukung oleh wadah yang mendukung serta ketajaman guru yang baik dan berkualitas. 

Ini acap kali terjadi dalam dunia pendidikan yang seringkali hanya berfokus mendidik anak jadi pintar lalu lupa pada pengembangan bakat anak.

Sebagai pendidik yang sudah hidup bersama Aldo kurang lebih hampir tiga tahun, saya sangat mengenal Aldo. Relasi sosial di luar kelas pun sangat bagus. Juga sangat dewasa dan rendah hati dalam tutur maupun tindakan. Ini sudah menjadi pengakuan semua guru. Dan bahkan coach Armand juga mengakui bahwa Aldo adalah tipikal anak pendengar dan rendah hati. “Aldo setiap kali diajarin, dia tenang dan mendengar. Dan saat bernyanyi, pasti selalu sesuai dengan yang diajarin,” katanya.

Berkaca pada keberhasilan Aldo, sudah seharusnya lembaga pendidikan menjadi rahim berseminya nilai-nilai, yang darinya lahirlah generasi-generasi yang andal secara intelektual dan memiliki bekal life skill yang mumpuni.

Sebab, hidup pada zaman kini dan yang akan datang, kita tidak bisa hanya mengandalkan ijazah, gelar dan IPK tinggi, tetapi sekali lagi harus memiliki life skill.

Dan saya bersyukur bahwa SMA Katolik Regina Pacis Bajawa, tempat saya mengabdi, adalah lembaga yang memiliki kepekaan yang luar biasa, baik terhadap peningkatan mutu akademik dan juga pengembangan bakat anak. Kedahsyatan ekskulnya sudah terjawab, salah satunya oleh prestasi Aldo. 

Sedangkan prestasi akademik sudah dibuktikan pada hasil UNBK tahun 2016 dan 2017, yang selalu masuk dalam 10 besar tingkat Provinsi NTT, juga setiap tahunnya kurang lebih 30-an siswa selalu lolos SNMPTN seperti UGM, Undana, dan Udayana, serta pada angkatan 2016-2017, salah satu siswi lolos masuk Universitas Indonesia.

Akhirnya, keberhasilan Aldo adalah sebuah realitas penglegitimasian terhadap pentingnya peran sosial seperti lembaga pendidikan SMA Katolik Regina Pacis Bajawa, para guru dan pegawai, orangtua, lingkungan, dan ketersediaan fasilitas yang memadai.

Sebab, Aldo boleh hebat bernyanyi bahkan sekaligus bisa menciptakan lagu, tapi jika tidak didukung peran sosial, perjuangan, dan proses yang panjang bahkan melelahkan itu, semuanya akan sia-sia belaka.

Dan pada hemat penulis, bahwa Aldo yang baru berusia 17 tahun kala itu, sudah mencapai prestasi yang sangat luar biasa adalah sebuah karunia yang tak akan mudah mati atau lenyap. Sebab suara emasnya itu adalah modal bagi hidup dan perjuangannya. Tak perlu pandai ciptakan lagu, seperti harapan beberapa pihak yang ditampilkan di media sosial, pun Aldo akan tetap menjadi penyanyi tanah air yang sukses. Terutama bagi dirinya, keluarganya, dan sesamanya. Paling tidak dia tetap dan bisa hidup lebih baik melalui bakatnya itu.

Oleh karena itu, bagi saya, Aldo yang masih sangat muda itu, jalankan saja dulu peranya sebagai penyanyi dengan penuh kesetiaan. Ini menjadi penting untuk meminimalisasi ketinggian cita-cita bahwa dia harus menjadi penyanyi yang juga mampu menciptakan lagu agar cepat dikenal, dan sebagainya. Sebab hanya dengan bakat bernyanyi pun, Aldo sudah menjadi hebat, juga menjadi pribadi yang unik. Ini yang perlu dipertahankan. 

Sebaliknya, Aldo tidak akan menjadi lebih hebat jika ia mampu menciptakan lagu. Namun pada saatnya, jika ia mampu melakukan itu, maka ini juga keunikan. Dan kita berharap demikian, tapi bukanlah keharusan. Ya, itulah hidup. Dan ini hanya soal cara pandang dan bagaimana kita mengembangkan setiap talenta diri untuk menjalani hidup ini dengan penuh syukur.

Di akhir tulisan ini, saya, kita, dan Anda sekalian, pastinya berharap, semoga Aldo Longa, sang artis muda pendatang baru dari Indonesia Timur itu, bisa menjadi musisi di pentas industri musik Indonesia yang mampu bersaing di tengah persaingan industri musik yang kian kuat. Dan pastinya, kita juga berharap agar Aldo tetap setia pada panggilan hidupnya yakni sebagai penyanyi yang rendah hati, membuka diri, serta selalu mengandalkan kekuatan Tuhan***


Oleh Bonefasius Zanda

Tulisan ini pernah diterbitkan pada media online HorizonDipantara.com, 02 April 2019. Dan diterbitkan ulang pada blog ini dengan sedikit perubahan seperlunya.

Posting Komentar

4 Komentar